ruangjournalist.com – Sejumlah siswa SMAN 1 Seluma yang tinggal di Desa Simpang Kecamatan Seluma Utara Provinsi Bengkulu, nekat menantang maut ketika pulang sekolah dengan menyeberangi jembatan gantung yang hanya tersisa kerangka besi, tanpa papan bantalan jembatan.
Aksi nekat para siswa ini, lantaran kondisi sungai Air Simpang sedang dalam kondisi meluap usai hujan deras, sehingga tidak bisa diseberangi dengan berjalan kaki karena arusnya yang sangat deras, pada Senin siang (10/7).
Menurut keterangan mantan Kades Simpang, Aldi Jaya mengatakan jembatan tersebut dibangun di tahun 1986 silam ketika itu masih masuk wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan.
Jembatan gantung ini merupakan jembatan penghubung, antara Kelurahan Selebar Kecamatan Seluma Timur dengan Desa Simpang Kecamatan Seluma Utara.
“Ditahun 2006 silam, pernah dilakukan rehab secara swadaya dengan mengganti papan jembatan, karena sebelumnya sempat memakan korban karena papan bantalannya sudah lapuk. Namun seiring berjalannya waktu, jembatan kembali rusak akibat banjir, hingga saat ini jembatan tak pernah lagi direhab,” terang Aldi Jaya.
Lanjutnya, selama ini diakuinya para siswa asal Desa Simpang yang tidak memiliki kendaraan biasa menyeberangi sungai ketika surut, dan menyeberangi jembatan gantung tersebut ketika sungai sedang meluap.
“Kalau ada kendaraan harus memutar jauh melewati Desa Selingsingan terlebih dahulu, kalau para siswa mau berangkat atau pulang dari sekolah yang tidak punya kendaraan biasa lewat jembatan ini kalau sungai sedang meluap,” tutur Aldi Jaya.
Kondisi jembatan terlihat memprihatinkan, jembatan itu hanya tinggal kerangka besi yang sudah usang dan berkarat. Bahkan papan yang berfungsi sebagai alas jembatan juga sudah tidak ada lagi.
Oleh sebab itu warga, termasuk siswa sekolah yang hendak menyeberangi jembatan tersebut harus ekstra hati-hati.
“Keinginan kami agar ada perhatian dari pemerintah daerah pak. Ini jembatan sudah puluhan tahun tak pernah tersentuh pemerintah, padahal ini merupakan akses utama penghubung desa dan Ibukota Tais. Juga menjadi jalur utama anak sekolah SMA, dan warga ketika akan menjual hasil bumi, seperti kopi, karet dan sawit ke ibu kota Kabupaten,” tandasnya.
(RJ)