ruangjournalist.com, SELUMA – Ketua Gapoktanhut Desa Lubuk Resam Kecamatan Seluma Utara, Gupardi (55) atau yang biasa disapa Mang Gupek, akhirnya membantah analisa pakar botani yang sebelumnya menyebut Bunga Rafflesia tidak bisa dibudidayakan.
Namun dengan tangan dinginnya, Gupardi yang hanya seorang tamatan SMP, kini justru menyandang jabatan sebagai Ketua Asosiasi Pengolah Perhutanan Sosial Provinsi Bengkulu dan belajar secara otodidak tentang bunga rafflesia.
Ia kembali berhasil membuktikan, kalau bunga langka yang menjadi ikon Provinsi Bengkulu ini dapat dibudidayakan, namun dilokasi lahan yang memiliki kultur tanah dan suhu yang sama dengan habitat aslinya.
Bunga rafflesia hasil budidaya yang berulangkali mekar sempurna pada 7 November 2022, kemudian kembali mekar sempurna pada 14 Desember 2023 lalu, kali ini untuk kedua kalinya mekar pada dengan diameter kurang lebih 50 cm sejak 18 Juni lalu.
Bunga Rafflesia Arnoldi miliknya yang mekar kali ini, merupakan satu dari 4 knop yang sebelumnya muncul di areal perkebunan kopi miliknya di hulu Desa Lubuk Resam.
Namun sayangnya, knop bakal bunga Rafflesia lainnya yang jaraknya berdekatan dibawahnya gagal mekar, lantaran diduga nutrisinya kurang dan ditambah lagi karena tingginya curah hujan beberapa hari terakhir, sehingga membuatnya mudah layu dan membusuk.
“Alhamdulillah, salah satu knop bunga Rafflesia sudah mekar sempurna, tapi 3 knop bakal bunga lainnya layu karena letaknya lebih rendah ditambah, tingginya curah hujan beberapa hari terakhir ini,” tutur Gupardi.
Lanjutnya, untuk membudidayakan bunga rafflesia ini harus disesuaikan dengan kultur tanah, kelembaban suhu udara yang selama ini menjadi habitatnya.
“Iya saya sudah membuktikannya Bunga Raflesia ini bisa kita budidayakan, asalkan inang yang kita tanam, harus tahu dulu kelembaban suhu udara dan kultur tanahnya, tidak bisa kita kembangkan inangnya di daerah pesisir misalnya, karena bukan habitatnya”, ucap Gupardi.
Budidaya bunga rafflesia Arnoldi ini berawal tekad Gupardi yang ingin melestarikan bunga rafflesia yang sebelumnya disebut-sebut mulai langka.
Berawal ketika bunga rafflesia Arnoldi yang mekar di kebunnya pertama kali dulu, setelah layu kemudian dia ambil inangnya, yang kemudian dipotong-potong menjadi beberapa bagian dan ditanam di sekitar areal perkebunan kopi miliknya.
Berkat ketekunannya, Gupardi pun pernah mendapat apresiasi dari BKSDA Seksi Konservasi Wilayah II Bengkulu dalam menjaga kelestarian alam saat ini.
Untuk menuju ke lokasi areal perkebunan kopi miliknya yang kini menjadi lokasi budidaya bunga rafflesia ini, harus menempuh perjalanan dari Kota Tais sekitar 17 km ke arah Desa Lubuk Resam Kecamatan Seluma Utara dan sekitar 3 kilometer dari perkampungan warga yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor atau berjalan kaki.
(Do)