ruangjournalist.com, SELUMA – Meskipun sempat viral pada tahun lalu hingga sampai ke telinga Menteri PUPR, namun hingga saat ini pembangun jembatan Desa Simpang Kecamatan Seluma Utara tidak kunjung terlaksana.
Maka dari itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Seluma melalui Dinas PUPR Seluma kembali mengusulkan proposal pembangunan jembatan Desa Simpang Kecamatan Seluma Utara ke Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Bengkulu, karena memang pembangunan jembatan tersebut akan dilakukan menggunakan anggaran dari pusat.
Hal ini dibenarkan Kepala Dinas PUPR Seluma, M. Saipullah. Terkait usulan sebelumnya, Saipul mengaku hal tersebut sudah ditanggapi namun hingga saat ini belum ada kejelasannya.
Lalu Dinas PUPR Seluma kembali berkoordinasi kepada Satker BPJN, didapat informasi bahwa kerangka dan beberapa item jembatan sudah disiapkan.
Namun satker menyarankan bahwa sebaiknya usulan kembali dilakukan dan ditambahkan lampiran pendukung seperti pemberitaan kondisi terkini terkait jembatan Desa Simpang, mengingat usulan sebelumnya dilakukan pada tahun 2023, sedangkan saat ini sudah memasuki tahun 2024.
“Kita siap melakukan pembaruan usulan karena memang pembangunan jembatan ini merupakan prioritas, secepatnya usulan baru kita kerjakan,”papar Saipullah.
Diakuinya Pemkab Seluma sudah beberapa kali melakukan upaya mendatangi BPJN Bengkulu maupun Kementerian PUPR untuk membahas terkait pembangunan di Kabupaten Seluma.
“Kita sudah bersama sama cek fisik ke lapangan dan semua persyaratannya sudah kita siapkan sejak jauh hari, bahkan Bupati juga sudah menemui Dirjen Jembatan Kementerian PUPR untuk membahas nasib jembatan ini,”ujar Saipul.
Tidak kunjung dilakukan pembangunan jembatan baru sejak viral pada 2023 lalu, akhirnya warga Desa Simpang Kecamatan Seluma Utara pada Senin 6 Mei memutuskan untuk membuat jalur sendiri di aliran sungai yang berada didekat jembatan yang viral karena kondisinya yang sudah ekstrem.
Tampak puluhan warga melakukan gotong royong dialiran sungai dengan menumpukkan beberapa material koral yang diisi kedalam puluhan karung. Fungsinya sebagai “lantai” untuk berpijak sehingga jika warga atau sepeda motor ingin melalui aliran sungai, tidak akan basah terlebih lagi hanyut.
Hal ini dibenarkan oleh Kades Simpang, Rezon Effendi. Karena setiap melalui aliran sungai, sepeda motor yang nyebrang sering mati dan olinya masuk air. Sehingga masyarakat berinisiatif untuk membikin penyebrangan.
“Setengah hari kerjanya,kalau material koralnya diambil dari yang ada di aliran sungai itulah, lalu dimasukkan ke dalam karung dan diikat serta langsung disusun dengan rapi sehingga membentuk jalan. Alhamdulillah saat ini sepeda motor berlalu lancar juga,”ujar Rezon.
Rezon mengaku sempat mempertanyakan terkait kepastian kapan direlokasinya jembatan yang sempat viral beberapa tahun lalu, karena hingga hingga saat ini belum ada kejelasan maupun kepastian baik dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Seluma maupun Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Bengkulu.
“Hingga saat ini kondisi jembatan masih membahayakan seperti sebelumnya, dan juga warga masih melintasi sungai jika ingin berpergian. Karena jembatan sudah tidak layak untuk dilalui,”terang Rezon Effendi.
Rezon juga mengaku bahwa pada Januari lalu dirinya sudah sempat menanyakan hal ini ke salahsatu pejabat berwenang di Pemkab Seluma, namun pada saat itu dirinya belum mendapatkan jawaban yang memuaskan dan disarankan untuk menunggu.
“Untuk saat ini belum ada perkembangannya, kami disarankan untuk menunggu prosesnya,” jelas Rezon.
Jembatan Desa Simpang sudah dua kali menjadi sorotan, sebelumnya jembatan ini viral lantaran adanya pelajar yang melintasi jembatan yang ekstrem lantaran sudah mulai berkarat dan sudah tidak berlantai beberapa waktu lalu.
Dan yang kedua, ada puluhan pelajar yang bermukim di Desa Simpang harus menyebrangi sungai dengan kedalaman setinggi pinggang orang dewasa, hanya untuk pergi bersekolah. Tidak sedikit ada yang dibantu dengan cara digendong maupun dengan bantuan tali karena takut terseret arus yang cukup deras tersebut, terlebih lagi saat hujan baru saja turun.
Menurut Kades, fenomena tersebut sudah sering dilakukan dan menjadi rutinitas warga dan pelajar setiap harinya. Karena jalan satusatunya untuk menyebrang dengan waktu yang singkat yakni melintasi sungai.
“Inilah kondisinya, terutama saat hujan deras pasti debit air sungai akan naik dan mau tidak mau sungainya harus tetap disebrangi,” keluh Kades.
Dikatakan Kades, untuk melintas jembatan lama yang sudah rusak sejak 2015, sepertinya tidak akan menjadi pilihan utama lagi demi keselamatan warga. Namun saat ini warga dirinya dan warga desa masih menunggu informasi adanya relokasi jembatan yang akan dibangun oleh Kementrian PUPR, karena direncakan relokasi tersebut akan dilakukan dipenghujung tahun ini.
Padahal dua masyarakat Desa Simpang, yakni Aprinto dan Martono telah menghibahkan tanah berukuran 6×6 meter disetiap ujung jembatan yang akan dibangun. “Saat ini kita masih menunggu dan berharap cepat direalisasikan, dari masyarakat juga sudah mendukung. Terbukti dengan adanya hibah sepetak tanah di kedua ujung lokasi relokasi jembatan,”ungkap Kades.
Viralnya jembatan gantung di Desa Simpang Kecamatan Seluma Utara beberapa waktu lalu memang sudah menjadi perhatian Kementerian PUPR. Nantinya ukuran jembatan yang direlokasi akan sama persis dengan jembatan yang dibangun sebelumnya, yakni dengan panjang 45 meter dan lebar akan lebih dari 1,5 meter dengan anggaran sebesar Rp 4,5 miliar. (Do)