ruangjournalist.com – Cahaya hijau berkilauan lebih dari 5 melayang-layang sempat menghiasi langit Seluma, tepatnya di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan pada Sabtu malam (16/9) sekitar pukul 20.00 wib.
Warga yang tidak terbiasa dengan pemandangan ini, sempat mengira benda yang melayang-layang adalah UFO (Unidentified Flying Object) atau drone, namun ternyata setelah didekati hanyalah layang-layang yang diberi lampu LED berwarna hijau, dan mengeluarkan suara mendengung dari pita sawangan sendarennya.
Hal ini sempat menarik warga yang melintas karena penasaran, karena rasanya wajar jika layang-layang dimainkan pada siang atau sore hari. Di jam-jam tersebut, angin masih bertiup cukup kencang, sehingga mampu menerbangkannya hingga tinggi.
Namun di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan, terdapat kebiasaan unik dari warganya yang memainkan layangan di malam hari ketika musim kemarau panjang seperti saat ini.
Seperti yang diungkapkan Fajar (17), ia setiap malam Minggunya sering memainkan layangan dimalam hari. Namun layangan diterbangkannya sejak menjelang senja.
Menurutnya selain tidak kepanasan, layangannya yang dihiasi lampu LED menjadi kepuasan tersendiri ketika melihatnya dimalam hari.
“Iya mas kalau malam kan ga kepanasan, lihat layangan lebih cantik dimalam hari karena terlihat lampu LED yang menyala terang,” ujar Fajar.
Hal serupa juga diutarakan Nurman (16), ia lebih biasa memainkan layangan pada malam hari hingga dini hari, ketika baterai lampu LED-nya telah habis.
“Lebih asyik aja mas kalau main layangan pada malam hari, biasanya sampai jam 12 malam mas, baru saya turunkan,” terang Nurman.
Lain halnya dengan Halim (22), selain telah menerbangkan tiga layangannya sekaligus pada malam hari, ia masih sempat-sempatnya lembur sembari membuat layangan yang akan ikut dilombakan pada tanggal 1 Oktober mendatang di Desa Purbosari Kecamatan Seluma Barat.
“Iya mas layangannya sudah saya ikat, ini sambil lembur buat layangan lagi mas, mau buat persiapan lomba layangan di Desa Purbosari tanggal 1 Oktober nanti,” tutur Halim.
Lanjutnya, untuk membuat 1 buah layangan model kelelawar yang ia buat ini, setidaknya merogoh koceknya lebih dari Rp 100 ribu untuk membeli tali, seperangkat lampu LED, beserta kertas atau plastiknya. Sedangkan buluh bambunya ia ambil di kebunnya sendiri.
“Kalau 1 layangan ini modalnya lebih Rp 100 ribu mas, buat beli talinya, lampu, sama kertas atau plastiknya, tapi kalau bambunya saya ambil di kebun,”pungkasnya.
(RJ)