BerandaAdat dan BudayaTerkendala Belum Adanya Perbup, Mata Pelajaran Surat Ulu Belum Bisa Jadi Muatan...

Terkendala Belum Adanya Perbup, Mata Pelajaran Surat Ulu Belum Bisa Jadi Muatan Lokal

http://ruangjournalist.com – Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Riset dan Teknologi, Senin pagi (11/9) melakukan monitoring ke Sd Negeri 156 Seluma, sebagai pilot project terkait rencana penambahan mata pelajaran muatan lokal yakni Surat Ulu Suku Serawai.

 

Keanekaragaman budaya dan bahasa di Nusantara ini sebagian besar merupakan warisan dan peninggalan nenek moyang setiap suku di Nusantara.

 

Kemajuan zaman saat ini, mengakibatkan lunturnya pemahaman literasi terhadap bahasa dan aksara yang dimiliki oleh setiap suku di Nusantara.

Monitoring revitalisasi bahasa daerah di SDN 156 Seluma.

Jika di Pulau Jawa terdapat mata pelajaran muatan lokal tentang aksara jawa, namun di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu, saat ini tengah dilakukan revitalisasi bahasa daerah dengan menggunakan aksara ulu, melalui literasi yang digagas oleh sejumlah sekolah penggerak dari SD hingga SMP di Kabupaten Seluma.

Salah satunya seperti halnya yang dilakukan di SDN 156 Seluma ini yang tahun ini menjadi pilot project, karena sejak setahun lalu menerapkan ekstrakurikuler bahasa daerah, melalui surat ulu atau aksara ulu Serawai.

Menurut keterangan Kepala SDN 156 Seluma Umardin yang juga merupakan Ketua PGRI Kabupaten Seluma, mengatakan surat ulu mulai diterapkannya sejak awal tahun 2022 lalu.

 

“Iya penerapan surat Ulu ini merupakan pengembangan profil pelajar Pancasila melalui revitalisasi bahasa daerah yang sudah kita kenalkan pada tahun 2022 lalu, melalui kegiatan ekstrakurikuler” terang Umardin.

 

Lanjutnya, kendala saat ini untuk menerapkan Surat Ulu Serawai dalam pelajaran muatan lokal yakni belum adanya Peraturan Bupati (Perbup) sebagai dasar regulasi dalam menerapkan pelajaran aksara ulu tersebut masuk ke dalam mata pelajaran muatan lokal, sehingga untuk sementara ini hanya menjadi kegiatan ekstra kulikuler, sehingga karena belum adanya perbup atau payung hukumnya kegiatan muatan lokal surat ulu ini, belum dapat diakomodir melalui dana bos.

 

“Iya untuk sementara ini baru di ekstrakulikulerkan, karena belum ada perbup atau payung hukumnya kalau dimasukan ke dalam pelajaran Muatan Lokal, supaya nantinya setiap kegiatan muatan lokal ini dapat diakomodir melalui dana BOS,” ucap Umardin.

 

Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Seluma, Farzian mengatakan muatan lokal tentang surat ulu ini, secara bertahap akan menerapkannya di sejumlah Sekolah Dasar hingga SMP, karena saat ini masih terbatasnya jumlah SDM atau guru yang paham akan Surat Ulu Serawai, sehingga kedepannya perlu juga melibatkan badan musyawarah adat dan lainnya.

 

“Iya kita secara bertahap mulai mengenalkan aksara Surat Ulu ke seluruh SD dan SMP, jadi Perbup bisa saja menyusul karena SDM atau guru harus disiapkan betul, tidak hanya dari kalangan guru, namun juga melibatkan Badan Musyawarah Adat dan lainnya,” tutur Farzian.

 

Untuk diketahui, menurut keterangan Tri Latifah Sari, guru SMPN 20 Seluma yang mengajar aksara Surat Ulu ini surat ulu merupakan aksara asli khas yang dimiliki Suku Serawai yang ada di Kabupaten Seluma.

 

Sejarah surat ulu dahulunya merupakan tulisan kuno yang dipergunakan di masa Kerajaan Sriwijaya di wilayah sumatera selatan yang terbagi menjadi Besema, Serawai, Rejang, dan Pasemah.

 

Surat ulu ini mulai muncul dan diperkenalkan kembali oleh Mervyn A. Jaspan, seorang antropolog asal Inggris pada tahun 1926-1975, dalam bukunya berjudul Folk Literature Of South Sumatera.

Sementara itu, diungkapkan Itmam Jalbi selaku Anggota Kelompok Kepakaran Dan Layanan Profesional Pelindungan Dan Pemodernan (KKLP) Dari Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, riset dan teknologi menuturkan, tujuan peninjauan revitalisasi bahasa ini di Sd Negeri 156 seluma sebagai pilot projek surat ulu yang mulai dikembangkan dan dilestarikan.

“Iya ini perlu diperkenalkan ke kalangan pelajar sejak sekolah dasar hingga SMP, sebagai salah satu kekayaan budaya nusantara yang patut dilestarikan melalui pendidikan ini,” tutur Itmam Jalbi.

 

(RJ)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments

error: Content is protected !!