ruangjournalist.com– Kepulan asap dari kebakaran yang terjadi di areal perkebunan karet milik PTPN 7 Unit Usaha Padang Pelawi, sempat membuat gempar warga sekitar.
Kebakaran lahan ini terjadi di areal afdeling 1 perkebunan karet PTPN 7 yang berada di wilayah Desa Talang Sebaris Kecamatan Air Periukan pada Selasa sore (5/9) sekitar pukul 16.00 wib.
Lokasi kebakaran lahan yang berada di areal perkebunan afdeling 1 PTPN 7 ini, sontak menyita perhatian masyarakat desa setempat, lantaran kebakaran dengan cepat merambat di rerumputan yang menjalar di areal perkebunan karet.
Masyarakat setempat belum mengetahuis secara pasti penyebab kebakaran ini, namun akibat kebakaran ini sedikitnya telah merusak seperempat hektare lahan karet milik perusahaan BUMN. Namun dugaan sementara, disebabkan karena puntung rokok.
“kalau penyebabnya saya belum tahu, mas pas tahu itu banyak kepulan asap dari areal kebun karet itu,” terang Agus warga Desa Talang Sebaris.
Kebakaran lahan ini baru dapat padam dengan sempurna, setelah 1 unit armada Damkar yang siaga di Kantor Camat Air Periukan diturunkan, untuk membantu proses pemadaman api yang sebelumnya dilakukan warga setempat dengan alat seadanya.
Sementara itu, menyikapi fenomena alam Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang menyebabkan kemarau panjang ini, Wakil Bupati Seluma Drs. Gustianto mengimbau masyarakat untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan, apalagi membuka lahan dengan cara membakar. Menurutnya, karena selain dapat menimbulkan kebakaran yang lebih luas, dampak negatif terhadap lingkungan yaitu meningkatnya suhu bumi ketika terjadi kebakaran hutan di musim kemarau saat ini.
“dengan kondisi kemarau ini, sudah banyak kejadian-kejadian kebakaran, kita meminta masyarakat supaya bersama-sama mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan, dengan tidak membuang punting rokok sembarangan atau membuka lahan dengan cara dibakar itu yang perlu diantisipasi,” tegas Gustianto.
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah suatu fenomena naik turunnya suhu permukaan laut dalam periode tidak teratur yang melibatkan perubahan antara fase-fase suhu hangat dan dingin, terutama mempengaruhi bagian barat dan timur samudra tersebut.
Naik turunnya suhu muka laut dalam indeks menyerupai osilasi, menyebabkan wilayah barat Samudera Hindia lebih hangat (di fase positifnya) dan lebih dingin (di fase negatifnya) dibandingkan wilayah timur Samudera Hindia.
Indian Ocean Dipole (IOD) sendiri diidentifikasi berdasarkan perbedaan suhu muka laut pada dua kawasan atau dua kutub (dipole) pada Samudera Hindia yaitu di wilayah pantai timur Afrika dan kawasan barat perairan Indonesia.
(RJ)