ruangjournalist.com – Suasana jauh dari keramaian anak-anak ketika jam masuk sekolah hampir setiap hari tak terlihat di SD Negeri 116 Seluma, yang terletak di Desa Simpang Kecamatan Seluma Utara.
Kepala SDN 116 Seluma Ikhwan Hamidi mengaku saat ini jumlah siswanya makin merosot, karena tidak adanya tindaklanjut dari Kades Simpang untuk membantu mengatasi nasib sekolah pemerintah yang ada di Desa Simpang ini.
Padahal SDN 116 ini memiliki guru PNS termasuk kepala sekolahnya berjumlah 5 orang, dan 2 orang honorer, dan itu pun para guru dibuatnya shift setiap mengajar muridnya.
Namun mirisnya, setelah berakhirnya Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2023 ini, sekolahnya hanya menerima satu orang murid di kelas 1, itu pun pindahan dari luar desa.
“Iya, pak seperti inilah kondisi sekolah kami saat ini, dari 10 murid yang ada, di tahun ajaran baru ini kami hanya menerima 1 murid,” terang Ikhwan Hamidi.
Salah seorang guru kelas Rebi Meidiyanti mengaku sudah bertugas sebagai guru sejak bulan Maret 2019 lalu.
Untuk mengefisiensi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), beberapa muridnya dari kelas yang berbeda digabungnya, agar suasana kelas lebih hidup.
“Iya mas, beberapa murid seperti kelas 3 dan 5 terpaksa kami gabungkan, walau kami kerepotan saat mengajar, tapi setidaknya suasana kelas menjadi lebih hidup karena ramai,” ujar Rebi Meidiyanti.
Menyikapi hal ini Ketua Komite SDN 116 Seluma yang sekaligus menjabat Ketua BPD Simpang, Sapuan mengatakan kondisi ini berbanding terbalik dengan sekolah milik Yayasan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta yang ada di Desa Simpang Kecamatan Seluma Utara.
Menurutnya, jika dilihat dari strategi marketing, sekolah pemerintah terkesan dibatasi dalam penggunaan dana BOS untuk sistem perekrutan siswa barunya, sedangkan di sekolah yayasan yang ada di desanya, seluruh sarana prasarana telah difasilitasi, sehingga minat orang tua wali murid, cenderung lebih memilih sekolah swasta.
“Iya pak, SD Negeri kami ini dibatasi untuk penggunaan Dana BOS dalam perekrutan siswa baru, kalau strategi marketingnya disamakan dengan sekolah yayasan yang mampu memenuhi segala kebutuhan sarana prasarana peserta didik, mungkin sekolah kami ini tidak terancam tutup karena minimnya murid,” ujar Sapuan.
Tidak sedikit para wali murid yang memilih menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah swasta yang ada di Desa Simpang karena ingin kenyamanan saat proses belajar mengajar.
Hal tersebut diungkapkan sejumlah wali murid yang memilih menyekolahkan anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Desa Simpang karena merasa lebih nyaman, terlebih kental untuk mendapatkan pendidikan agama.
“Kalau menurut saya, pastinya wali murid memilih sekolah yang lebih nyaman buat belajar, kalau di SD Negeri kami ini karena para gurunya kebanyakan dari luar desa jadi sering terlambat mengajar,” ujar Herman.
Hal senada juga disampaikan Hilda (23), salah seorang wali murid yang beralasan menyekolahkan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta ini karena pendidikan agamanya.
“Kalau di Madrasah ini anak kami diajarkan mengaji mas, karena pendidikan agama yang kami utamakan,” ucap Hilda.
Salah seorang guru Madrasah Ibtidaiyah Swasta Desa Simpang Rohimyanto yang mengatakan di tahun ajaran baru ini, jumlah murid barunya berjumlah 7 orang anak.
“Alhamdulillah mas, disekolah kami tahun ini anak murid yang baru masuk di kelas 1 jumlahnya 7 orang anak mas,” ujar Rohimyanto.
Sementara itu, menyikapi hal ini Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Seluma, Farzian menekankan kepada seluruh kepala sekolah untuk menjalin hubungan harmonis dengan pemerintahan desa, agar bisa mencapai target dalam proses penerimaan murid, setiap tahun ajaran baru.
“Itu sudah menjadi pembahasan kami dengan seluruh kepala sekolah, untuk memiliki gagasan dan motivasi dalam menjalin hubungan harmonis dengan pemerintah desa, supaya target capaian penerimaan murid baru setiap tahun ajaran baru bisa tercapai,” ujar Farzian.
(RJ)