ruangjournalist.com – Listrik di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu tidak dipungkiri kerap padam, baik karena adanya pembersihan rutin jaringan, ada atau tidaknya hujan dan lain sebagainya.
Hal inilah yang dinilai sebagian besar pelanggan PLN di Kabupaten Seluma kecewa. Karena saat sedang beraktivitas, tiba-tiba lampu dan barang elektronik mati.
Supaya aktivitas tetap lancar saat listrik mati, tentu saja perlu sumber energi listrik alternatif.
Salah satunya adalah energi dari panas matahari atau energi solar. Dilansir Pertamina, Indonesia merupakan salah satu negara yang cocok mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) karena beriklim tropis.
Hal di atas didukung oleh potensi total energi surya Indonesia sebesar 207.898 MW, sebagaimana dilansir dari situs Kementerian ESDM.
Selain itu, energi solar merupakan energi yang ramah lingkungan dan termasuk ke dalam Energi Baru Terbarukan (EBT). Sangat disayangkan jika potensi energi ini tidak dikembangkan secara maksimal.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap adalah salah satu pemanfaatan energi terbarukan yang bersumber dari panas matahari. Seiring dengan semakin majunya teknologi, maka hal ini turut mendorong tren pemasangan panel surya di atap rumah.
Dengan memasang sistem solar panel di rumah diperkirakan bisa menghemat tagihan listrik hingga 30% setiap bulannya.
PLTS terdiri atas puluhan sel surya yang menyatu pada panel surya. Sel surya tersebut mengonversi panas matahari menjadi energi listrik, sebagaimana dilansir Interesting Engineering. Pemasangan panel surya pun tidak sepenuhnya perlu tempat khusus, seperti PLTA yang memerlukan waduk di dekatnya sebagai sumber air.
Panel surya dapat dipasang pada atap rumah, bangunan, area industri, area perkebunan, dan sebagainya. Sudah ada sebagian kecil bangunan di Kabupaten Seluma yang memasangnya, seperti 13 Puskesmas yang mendapatkan Dana Alokasi Khusus dari pemerintah pusat pada tahun lalu.
Bahkan tahun ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma kembali mengusulkan PLTS kembali ke pemerintah pusat, karena masih ada puskesmas yang belum kebagian.
“Manfaat PLTS di 13 puskesmas saat ini sangat bermanfaat, terlebih ketika listrik sering padam, sehingga obat-obatan dan vaksin yang tersimpan di Cooler Box tetap terjaga suhunya berkat suplay listrik dari PLTS cukup untuk mengoperasikan seisi ruangan,” tutur Rudi Syawaluddin.
Lanjutnya, kelebihan dari PLTS pun tidak harus dimiliki pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan besar, tetapi setiap rumah dapat memilikinya.
Hanya dengan memasang beberapa panel surya di atap rumah, masyarakat pun memiliki PLTS atap di rumahnya. Jika aliran listrik dari PLN mati, maka PLTS tersebut siap menyuplai listrik ke rumah.
Namun, pembangunan PLTS per rumah kerap mengalami kendala yang besar, salah satunya besarnya biaya material dan pemasangan panel surya, untuk target pencapaian EBT 2025.
Bagi warga yang tertarik memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di rumah pasti mempertanyakan soal biayanya.
Sebab, hal itu akan berkaitan dengan manfaat dari pemasangan PLTS Atap sekaligus hasil penghematan biaya listrik setiap bulannya. Biaya pemasangan PLTS Atap kini sudah tidak semahal dulu.
“Untuk kisaran biayanya sebesar Rp 14 juta sampai Rp 17 juta per kWp. Namun itu tergantung kapasitasnya, dan itu sudah termasuk dengan konverter dan segala macam, tapi di luar membeli meteran karena meterannya harus beli ke PLN yang harganya sekitar Rp 1,7 juta,” pungkasnya.
(***)